Di Baghdad, hiduplah seorang Raja yang gemar memberikan teka-teki unik kepada rakyatnya. Suatu hari, sebagai rasa syukur atas ayam betina kesayangannya yang bertelur, Baginda Raja mengadakan sebuah sayembara. Aturannya sederhana: siapa pun yang dapat menjawab pertanyaan “Mana yang lebih dulu, telur atau ayam?” dengan logis, akan mendapat hadiah satu pundi emas. Namun, ada risiko besar: jika jawaban tidak mampu memuaskan sang Raja, peserta akan dihukum penjara.
Dari seluruh penduduk Baghdad, hanya empat orang yang berani menerima tantangan tersebut, salah satunya adalah Abu Nawas, seorang rakyat jelata yang terkenal cerdik.
Ketiga Peserta Pertama Gagal
Peserta pertama, kedua, dan ketiga mencoba menjawab pertanyaan sang Raja, tetapi jawaban mereka selalu dimentahkan dengan sanggahan yang tajam. Akibatnya, mereka bertiga harus menerima hukuman penjara.
Abu Nawas Maju dengan Percaya Diri
Tibalah giliran Abu Nawas, sang peserta terakhir. Dengan tenang, ia menjawab, “Yang pasti telur dulu, baru ayam.”
Raja yang penasaran segera menantang, “Coba terangkan secara logis.”
Abu Nawas menjawab dengan senyum, “Baginda, ayam dapat mengenal telur, tetapi telur tidak dapat mengenal ayam. Maka, jelaslah telur lebih dulu ada.”
Sang Raja Tak Berkutik
Baginda Raja terdiam merenungkan jawaban Abu Nawas. Logika sederhana namun tajam itu membuatnya tak mampu membantah. Akhirnya, dengan hati yang lega, Baginda memberikan satu pundi emas kepada Abu Nawas sebagai pemenang sayembara.
Hikmah dari Kecerdikan Abu Nawas
Kisah ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan pentingnya kecerdikan dan ketenangan dalam menghadapi tantangan. Abu Nawas menunjukkan bahwa terkadang jawaban sederhana namun tepat dapat mengatasi persoalan yang tampak rumit.
Kisah Abu Nawas ini menginspirasi kita untuk selalu berpikir kreatif dan percaya pada kemampuan logika. Bagaimana dengan Anda, apakah Anda sudah menemukan jawaban “telur atau ayam”?