Diarypsikologi.id – Sebagai orang tua, Bunda mungkin sering mendapati anak berbohong. Namun, sebelum langsung memberikan hukuman atau merasa kecewa, penting untuk memahami bahwa kebiasaan ini bisa terjadi akibat gaya pengasuhan yang diterapkan di rumah.
Mengapa Anak Berbohong?
Berbohong pada anak-anak merupakan bagian dari proses perkembangan mereka. Tindakan ini bisa muncul karena berbagai alasan, seperti:
- Menghindari hukuman – Anak takut mendapat konsekuensi atas kesalahan yang mereka lakukan.
- Mencari perhatian – Mereka ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua atau teman-teman.
- Belum memahami perbedaan antara kenyataan dan imajinasi – Terutama pada usia dini, anak-anak sering kali sulit membedakan mana yang benar-benar terjadi dan mana yang hanya ada dalam pikirannya.
- Eksperimen sosial – Mereka ingin melihat bagaimana reaksi orang tua terhadap kebohongan yang mereka buat.
- Menutupi perasaan cemas atau depresi – Anak-anak yang mengalami tekanan emosional bisa berbohong agar tidak membuat orang tua khawatir.
- Impulsif – Anak dengan ADHD misalnya, cenderung berbicara tanpa berpikir panjang, termasuk dalam hal berbohong.
Menurut psikolog klinis Matthew Rouse, PhD, kebohongan anak bisa muncul secara tiba-tiba, meskipun sebelumnya mereka dikenal sebagai anak yang jujur. Jika ini terjadi, penting bagi orang tua untuk mengevaluasi pola asuh yang diterapkan.
Kesalahan Parenting yang Memicu Anak Berbohong
Dikutip dari Times of India, ada beberapa kesalahan pola asuh yang tanpa disadari dapat membentuk kebiasaan berbohong pada anak:
1. Bereaksi Berlebihan terhadap Kesalahan
Ketika orang tua merespons kesalahan anak dengan amarah atau hukuman yang berat, anak cenderung mengembangkan rasa takut. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk berbohong guna menghindari konsekuensi negatif.
2. Berekspektasi Terlalu Tinggi
Orang tua yang menetapkan standar terlalu tinggi dalam akademik, olahraga, atau perilaku bisa membuat anak tertekan. Demi memenuhi ekspektasi, mereka bisa memilih untuk berbohong agar terlihat berhasil atau menyembunyikan kegagalan mereka.
3. Menghukum Saat Anak Berkata Jujur
Jika anak sudah berani mengakui kesalahannya tetapi tetap dihukum berat, mereka akan belajar bahwa berkata jujur tidak menguntungkan. Hal ini mendorong mereka untuk memilih berbohong di lain waktu agar terhindar dari hukuman.

4. Memberikan Aturan dan Konsekuensi yang Tidak Konsisten
Ketidakjelasan dalam aturan dan konsekuensi membuat anak bingung dalam memahami mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jika aturan berubah-ubah, mereka mungkin akan berbohong untuk menghindari hukuman yang tidak terduga.
5. Memberi Contoh Kebohongan
Anak-anak belajar dengan meniru orang tua mereka. Jika Bunda dan Ayah sering kali berbohong, meskipun dalam hal kecil, anak bisa menganggap bahwa berbohong adalah hal yang wajar dan dapat diterima dalam kehidupan sehari-hari.
6. Selalu Menyudutkan Anak
Menurut psikolog Carol Brady, PhD, menekan anak dengan pertanyaan yang menyudutkan dapat meningkatkan kemungkinan mereka berbohong. Sebagai alternatif, cobalah untuk berbicara dengan nada yang lembut dan terbuka, seperti, “Bunda tahu kamu belum mengerjakan PR. Yuk, kita bicarakan kenapa itu bukan pilihan yang baik.”
7. Melabeli Anak Sebagai Pembohong
Memberikan label negatif pada anak bisa berdampak buruk pada kepercayaan diri mereka. Jika anak sering disebut sebagai “pembohong,” mereka mungkin akan merasa tidak dipercaya dan semakin sering berbohong sebagai bentuk perlindungan diri.
Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Sering Berbohong?

Agar anak terbiasa dengan kejujuran, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
- Ciptakan lingkungan yang aman di mana anak merasa nyaman untuk berkata jujur tanpa takut hukuman yang berlebihan.
- Ajarkan pentingnya kejujuran dengan cara yang menyenangkan, seperti melalui cerita atau diskusi ringan.
- Jadilah contoh yang baik dengan selalu bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.
- Berikan penghargaan atas kejujuran agar anak merasa dihargai ketika berkata jujur.
- Gunakan pendekatan yang bijak saat anak berbohong, dengan membimbing mereka untuk memahami dampak kebohongan tanpa harus merasa dihakimi.
Kesimpulan
Anak berbohong bukan tanpa alasan, dan sering kali hal ini terjadi karena faktor lingkungan serta pola asuh yang diterapkan orang tua. Dengan memahami penyebab dan menghindari kesalahan dalam parenting, Bunda dan Ayah dapat membantu anak membangun kebiasaan jujur dan tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab. Jangan lupa, kejujuran bukan hanya diajarkan, tetapi juga dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari!