Diary psikologi – Siapa yang tak kenal Abu Nawas? Tokoh legendaris dari era Khalifah Harun Al-Rasyid ini memang terkenal dengan kecerdasannya yang kocak. Namun, kali ini ia membuat heboh Baghdad dengan aksi nyeleneh: menjual “Matahari Baghdad”!
Demo Besar di Depan Istana Khalifah
Kisah ini bermula saat penduduk Baghdad gempar melihat sebuah baliho raksasa terpasang di depan rumah Abu Nawas. Tulisan di baliho itu berbunyi:
“Dijual Cepat: Matahari Baghdad, Siapa Cepat Dapat Bonus Anak Unta.”
Penduduk langsung panik. Mereka berbondong-bondong menuju istana Khalifah Harun Al-Rasyid dengan wajah bingung dan marah.
“Bagaimana kita akan hidup tanpa Matahari Baghdad?” teriak mereka, membuat suasana makin gaduh.
Pertanyaan Menggugah Abu Nawas
Melihat situasi itu, Khalifah memanggil Abu Nawas dan bertanya dengan nada penasaran, “Abu Nawas, apakah kamu serius ingin menjual Matahari?”
Dengan senyum jahil, Abu Nawas menjawab, “Benar Baginda, agar kita belajar dari cara mereka menggunakan otak.”
Khalifah yang masih bingung meminta penjelasan lebih lanjut.
Abu Nawas kemudian melontarkan pertanyaan tajam tentang kebanggaan Khalifah atas infrastruktur megah Baghdad. Ia menyentil kemungkinan kebanggaan Khalifah karena tidak korupsi, tidak serakah, dan tidak berusaha memperluas tanah kekuasaan secara berlebihan.
Pesan Abu Nawas: Perspektif Berbeda, Pemahaman Berbeda
Menurut Abu Nawas, prestasi besar yang dianggap pemerintah sebagai keberhasilan bisa jadi hanya terlihat gemerlap di “ruang terang”, tetapi menjadi pemborosan di “ruang gelap” bagi rakyat. Abu Nawas menekankan bahwa kebijakan yang baik belum tentu dirasakan langsung oleh rakyat.
Ia juga menyampaikan bahwa dukungan rakyat bisa hilang jika kebijakan yang diambil tidak memberikan manfaat nyata. Itulah mengapa ia mengajukan ide “menjual Matahari”—untuk menunjukkan bahwa keberhasilan simbolis tanpa nilai nyata tidak ada artinya.
Pesan Moral yang Menggugah
Kisah ini mengajarkan bahwa pemimpin yang bijak harus terbuka terhadap berbagai perspektif. Abu Nawas dengan kecerdasannya mengingatkan bahwa pemahaman yang dalam memerlukan pandangan yang luas dan empati terhadap rakyat.
Kisah ini bukan hanya menghibur, tetapi juga mengandung kritik sosial yang relevan bahkan hingga hari ini. Begitulah Abu Nawas, si cerdik yang tak pernah kehabisan akal untuk memberikan pelajaran dengan cara unik dan tak terduga!
Dinukil dari Sukma Hadi Wiyanto dalam bukunya berjudul “Kisah Lucu Kecerdasan Abu Nawas”.